Rabu, 07 Desember 2011

MODEL MENGAJAR DAN PENDIDIKAN OBJEKTIV “MENDORONG SISWA DENGAN BERMACAM VARIASI”



Untuk menerapka teori mengajar, guru memerlukan basis yang mampu menjangkau beberapa alternative teoritis untuk dipilihnya sebagai pendekatan yang tepat. Untuk membelajarkan siswa hendaknya disesuaikan dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Dalam praktiknya kita guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat dalam segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan :
1.        kondisi siswa,
2.        sifat materi bahan ajar,
3.        faslitas-media yang tersedia, dan
4.        kondisi guru itu sendiri
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu:
1.        bagaimana siswa belajar;
2.        bagaimana siswa mengingat;
3.        bagaimana siswa berpikir, dan
4.        bagaimana siswa memotivasi diri.
Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bahwa belajar efektif adalah dengan cara:
1.        membaca bermakna;
2.        merangkum;
3.        bertanya;
4.        representasi, dan
5.        hipotesis.
Asumsi umum dalam mengembangkan teori dan praktik mengajar terdiri atas :
1.        Guru menentukan salah satu alternative pendekatan pengajaran.
2.        Guru menentukan tema-tema materi pelajaran.
3.        Proses pembelajaran berbasis lingkungan.
Untuk mendukung itu semua atau melaksanakan hal di atas tugas guru dan sekolah adalah melengkapi/ membenahi diri dengan keanekaragaman model pengajaran yang mampu memberikan daya tarik siswa dalam proses belajar di dalam maupun di luar kelas.



A.           Proses dan Iklim Sosial
Suatu proses pengajaran akan mampu menciptakan suatu sistem sosial tertentu di dalam kelas dan sistem ini adalah bagian dari pembelajaran juga. Iklim apapun yang terjadi di kelas atau sekolah secara umum merupakan protret karakter siswa di luara. Bila proses pembelajaran di dalam kelas menerapkan model demokratis, maka dengan sendirinya akan terbentuk sistem sosial yang demokratis pula, dan sebaliknya. System yang berlaku/terjadi dalam proses pembelajaran (di sekolah) sangat berpengaruh terhadap prilaku siswa baik sesama siswa, dengan guru bahkan masyarakat sekitar. Pendeknya model pembelajaran berdampak sangat luas pada prilaku siswa dalam kehidupannya sebagai pribadi maupun bagian dari kolektif masyarakat.

B.            Persamaan dan Perbedaan Model Pembelajaran
Ketika kita membandingkan beberapa model pengajaran, kita akan menemukan bahwa tingkat perbedaan diantara model-model itu sangat tipis. Setiap kurikulum pada umumnya satu kombinasi model. Antara lain (Taba) dengan pemikiran induktif, (Gordon) dengan melatik kreatifitas, dan (Suchman) pelatihan pemeriksaan. Namun, sehebat apapun model dan sehebat apapun dalam pelaksanaannya diproses pertama, akan menjadi tidak menarik lagi di proses kedua, karena itu guru diharapkan memberikan penawaran dengan keanekaragaman model yang mendukung intensitasnya dalam pembelajaran.
Kehebatan suatu model dalam pembelajaran pasti akan berhubungan dengan model yang lain. Missal : seorang instruktur seperti ski, dia mesti akan memfokuskan pada keterampilan bermain ski. Tetapi bukan hanya itu, instruktur juga harus mengajarkan bagaimana agar siswa secara berangsur-angsur mampu megatasi rasa takut turun dari gunung dengan bersepatu ski secara spontanitas. Dalam hal ini, keterampilan apa yang paling spesifik diajarkan hampir tidak terlihat sama sekali antara satu dengan yang lain.
Contoh lain Vic Braden, adalah seorang guru terbaik dalam dunia tenis. Dia mendirikan sebuah perguruan tenis. Secara umum pasti perguruan itu terlihat sangat hebat dalam menciptakan orang yang professional di bidang tenis melalui gaya dan cara ia mengajar atau melatih, karena ia seorang yang sangat professional di bidang itu. Dengan istilah lain ia tidak akan menemukan kesulitan dalam proses mengajarkan olah raga tenis. Namun akan timbul masalah ketika ia harus megajarkan ganda, dia merasa kewalahan, dengan sendirinya dia meminta bantuan kerjasama dengan orang lain yang memang professional di bidang ganda.


C.       Model dan Misi Pembelajaran
1.    Model  Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2.    Ada tiga jenis misi pendidikan
1.         Menjangkau kemampuan akademis. Dengan keterampilan akademis diharapkan siswa mampu mengahadapi kompleksitas dunia. Kemampuan ini dinataranya dengan mengajarkan "Matematika".
2.         Meningkatkan kapasitas diri/daerah pribadi (dengan mengajarkan seni dan budaya). Melalui penagajaran ini kapasitas pribadi bisa berimbang.
3.         Meningkatkan kepekaan sosial, (mengajarkan anak melalui kunjungan langsung ke obyek pembelajaran/ lingkungan).
D.      Startegi Belajar
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Dengan kata "perencanaan" artinya bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Focus dari disiplin, akademis ditandai oleh pengajaran ide dan ilmu pengetahuan tentang teknik yang telah dikembangkan oleh para ahli. Matematika diajarkan diharapkan berguna, agar mampu berfikir rasional. Riwayat/sejarah agar siswa tumbuh kemampuan diri untuk berorientasi pada karakter atau aliran kemanusiaan. Sain diajarkan agar siswa mampu memahami dunia modern. Akumulasi pengetahuan manusia terus meningkat hingga sampai pada titik professional. Ilmu pengetahuan bagi manusia didapat secara sistematis. Sekolah adalah yang pertama sebagai penghubung formal dalam aktifitas ilmiah. Berdasarkan asumsi umum "sekolah harus mampu menemukan fungsi primer bagi siswa pada wilayah akademik.”



Terdapat 5 strategi yang mengarah pada tujuan ke daerah akademik
1.      Kecakapan sanbalis yang umum (bereaksi, penulisan, perhitungan, keterampilan teknis, dll)
2.      Displin terpilih (riwayat, geografi, daftar pustaka)
3.      Konsep utama disiplin
4.      Ilmu kemasyarakatan, bahasa, seni, pengetahuan.
5.      Memperlakukan displin secara terpisah (ekonomi, fisika, riwayat, musik).
6.      Model pemeriksaan (cara pikir) disiplin
7.      Berfikir secara filosofis yang luas terhadap suatu masalah (estetika, etika dll)

E.       Personal Capacity
Organisme manusia memiliki banyak kapasitas untuk menjawab berbagai tantangan yang lahir dari lingkungan. Kapasitas tersebut adalah:
1.         Kecerdasan, dengan manusia mampu menyelesaikan masalah dengan cara meneliti dan memadukan dengan keterangan yang ada yang selanjutnya melahirkan ide baru.
2.         Kreatifitas, dengan kreatifitas manusia mampu melakukan hal menarik bermanfaat di lingkungan yang sangat kompleks.
3.         Kemandirian/ otonom, dengan kemandirian manusia menjawab realitas dalam hidupnya dengan sendirinya.
4.         Kehangatan dan apiliasi, dengan kehangatan dan afiliasi manusia selalu terdorong untuk melakukan sesuatu mampu memperkokoh keharmonisan dan kenyamanan Berikut tujuan utama Personal Capacity
a.         Mengembangkan kemampuan diri
b.        Mengoptimalkan kemampuan pemikiran produktif (meliputi kreatifitas, fleksibilitas, kemampuan untuk menghasilkan alternatif).
c.         Membangun arti pribadi
d.        Membangun kemampuan pemecahan masalah
e.         Membangun kemampuan estetika.
f.         Membangun motivasi mencapai tujuan.
Untuk mencapai pengembangan-pengembangan tersebut, sekolah akan berusaha menantang siswa untuk mampu membebaskan mereka oleh mereka sendiri dalam masalah yang dihadapinya, pendidikan harus menjadi pembangun dari kekuatan diri tersebut.


F.        Social Interaction
Guru mencari dan menentukan pimpinan kelompok diantara mereka. Pimpinan atau anggota kelompok memperhatikan pengaruh hubungan diantara mereka, masyarakat dan budaya. Sekolah melibatkan siswa dalam kegiatan karya sosial baik skala local maupun internasional. Hal ini sebagaimana dideskripsikan oleh Priston dan Caku.
Berikut beberapa tujuan ke Social Interaction :
1.         Memasyarakatkan anak/siswa ke suatu budaya yang merupakan bagian dari budaya nasional.
2.         Kemampuan menjadi bagian dari warga internasional.
3.         Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kerjasama (pendekatan ilmiyah yang demokratis, politis).
4.         Mengembangkan kemampuan ekonomi dan kelincahan kemasyarakatan.
5.         Meningkatkan semangat berbangsa dan bernegara.
6.         Mempererat hubungan antar sesama manusia dan menghindari kesenggang
G.      Model Pembelajaran Obyektif
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan beberapa kelompok model pembelajaran, diantaranya ialah:
1.         Information Processing Models
2.         Personal Models;
3.         Social Models;
a.       Information processing models
Ada beberapa model yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran proses informasi, diantaranya adalah
Model pembelajaran prolehan konsep, Model pembelajaran prolehan konsep dikembangkan oleh Jerome Brunner Jacuelin Goodnow, dan George Austin Brunner Goodnow dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam dan sebagai manusia kita harus membedakan, mengatagorikan, dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan, dan menamakan semua inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep.
Pembelajarn ini bertujuan untuk membantu sisawa memahami suatu konsep tertentu. Pendekatan ini lebih tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada mengenalkan konsep baru, melatih kemampuan induktif dan melatih berfikir analisis.

b.      Personal Models; 
Model ini pada intinya bagaimana guru berusaha mengembangkan kemampuan siswa untuk bertanggung jawab membangun dirinya sehingga dirinya memiliki "percaya diri dirinya hebat". Untuk itu dia harus mampu mengendalikan antara emosional dan intelektualnya. Guru harus menerima siswa sebagai seseorang yang memiliki kemampuan bukan sebaliknya. Sehingga tugas guru hanya mengarahkan bukan mengajari. Membimbing mereka untuk mampu menemukan dirinya sendiri. Untuk mencapai maksud diatas guru diharapkan menolong siswa :
1.        Menumbuhkan rasa bahwa dirinya berharga.
2.        Memahami dirinya sendiri (memiliki kelebihan dan kekurangan).
3.        Mengenal emosi mereka dan akibatnya pada perilaku.
4.        Mengembangkan cita-cita melalui belajar.
5.        Mengembangkan rencana meningkatkan kemampuan siswa.
6.        Mengembangkan sikap terbuka atau tidak tertutup.
c.         Social Models
Fokus bermasyarakat yang direkomendasikan oleh Dewey, sekolah harus mampu mendorong siswa dalam pemecahan masalah melalui kerjasama. Sekolah sebagai suatu "system demokrasi mini" dalam kehidupan berbangsa dan bermegara. Thalen, Miel, dan Micheil telah melakukan uji coba konsep tersenut terhadap sekolah di Washington DC dan kota-kota lain.
Tujuan utama model pembelajaran ini adalah :
a.         Membantu siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
b.         Mengembangkan keterampilan interaksi antar sesame manusia.
c.         Menciptakan kesadaran pribadi adalah bagian dari masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar